Mempersiapkan diri adalah penting sekali dalam segala hal sebelum menghadapi segala sesuatunya, tepatnya sedia payung sebelum hujan. Kondisi itulah yang sedang di alami Kabupaten Nabire, dimana setiap kandidat yang akan menjadi bakal calon bupati mulai mempersiapkan diri. Karena akan melewati tahapan proses yang panjang dalam pemilihan siapa yang akan memimpin dan memegang kuasa rakyat atas kabupaten Nabire kedepan setelah A.P. You dengan masa jabatan kepemimpinannya berakhir.
Kepemimpinan menjadi persoalan penting yang harus dibicarakan secara serius dengan pemikiran yang kritis dari semua kalangan. Karena mereka yang akan memimpin masyarakat yang begitu banyak dari berbagai kalangan. Baik buruknya rakyat, tergantung dari kepemimpinan seorang pemimpin. Setiap keputusan, pilihan dan jalan yang di ambil dan ditempuh seorang pemimpin, di situlah rakyatnya akan mengikutinya. Pemimpin adalah Nahkoda sebuah kabupaten selayaknya Nakhoda kapal.
Setiap kandidat memiliki masa pendukung dan memiliki perahu partai. Maka dalam kompetisi ini, semua kekuatan akan dikerakkan untuk memperjuangkan dan menjagokan kandidatnya masing-masing. Peluang terjadinya ego dalam mempertahankan diri dan dari para pendukungnya mulai sekarang harus diantisipasi dari semua pihak. Setiap calon bupati harus maju dengan jiwa besar. Yang berjiwa kerdil, untuk sementara waktu harus menahan diri untuk mempersiapkan di periode yang akan datang. Karena egosentrisme bisa mengakibatkan hal yang tidak di inginkan bersama.
Seorang bakal calon pemimpin harus bisa menguasai diri dan bisa mengendalikan diri sebelum menjadi pemimpin. Mengapa demikian?. Rakyat yang begitu banyak punya kuasa, akan dipercayakan kepada pemimpin yang akan terpilih untuk dikendalikan olehnya. Lalu bagaimana bila pemimpin yang terpilih tidak bisa menguasai diri?. Itu persoalan yang harus dipahami oleh rakyat, lebih khusus lagi rakyat kecil yang kuasa mereka akan diserahkan kepada siapa yang akan mereka pilih sebagai pemegang kuasa kepemimpinan atas mereka.
Kuasa itu ibarat tali yang mengikat rakyat. Maka tali pengikat rakyat itu akan kita serahkan ke tangan siapa?. Karena nyawah rakyat ada di tangannya, artinya dalam genggaman dan dalam kendalinya. Bila kuasa kendali ada di tangan orang yang kita serahkan kuasa itu untuk menguasai dan memimpin rakyatnya, maka ia yang mengendalikan jalan hidup rakyatnya. Mati atau hidup, menderita atau kehidupan yang layak, lapar atau kenyang, sakit atau sehat, daerah nabire menjadi tempat judi, pelacuran atau tempat beredarnya MIRAS semua tergantung pemimpin yang dipilih. Karena kuasa untuk mengatur rakyat dan daerah yang kita tempati sudah akan kita serahkan ke tangan kendalinya melalui pemilihan langsung nanti.
Menyimak penjelasan di atas terlihat jelas, bila pemimpinnya diktaktor maka rakyat sedang memilih dan menyetujui untuk dipimpin dengan diktaktornya, bila pemimpin itu pembunuh maka rakyat sedang menglegitimasinya melalui pemilihan untuk dia yang membunuhnya tetapi pemimpin yang masyarakat pilih itu suka memperkosa rakyat maka rakyatnya sedang menyetujuinya untuk rakyat diperkosa olehnya. Kenapa demikian?, karena kuasa dan kendali rakyat sudah di serahkan melalui pemilihan dan penentuan siapa yang akan memimpin kita selama lima tahun ke depan. Jadi selama lima tahun hidup rakyat apakah makmur, sejahtera, aman dan damai atau mungkin sebaliknya terganntung pemimpin rakyat itu.
Rakyat harus waspada dan dengan jeli memahami kriteria yang jelas tentang pemimpin yang benar, yang terbukti kinerjanya selama ini untuk dipilih. Karena bila salah memilih maka rakyat bisa masuk dalam perangkap kekuasaannya. Karena kekuasaannya adalah jerat bagi rakyat.
Bila memperhatikan fakta kebanyakan pemimpin selama ini dengan gembar-gembor mengkompanyekan program yang menjadi kebutuhan mendesak rakyat dan atas nama rakyat dan dari rakyat menjadi pemimpin. Tetapi apakah selama ini pengaruh dari hasil kompanye benar-benar tersentuh dan dirasakan sampai ke rakyat jelata. Yang selama ini terjadi adalah oleh kepentingan sendiri lalu bertindak demi dan atas nama rakyat, yang akhirnya menjadi korban adalah rakyatnya yang tidak tahu apa-apa.
Maka setiap hukum serta aturan yang dibuat hanya perpanjangan tangan kekuasaannya untuk menggorok dan menjerat rakyatnya. Hati-hati dengan peraturan yang dibuat yang seolah kepentingan umum untuk ditaati namun tersembunyi jebakan yang memasukkan kedalam perangkap untuk membuat rakyatnya hidup dalam penderitaan.
Menyikapi persoalan kepemimpinan di Nabire ke depan, Derek Tekege S.Sos menyampaikan dalam pertemuan sebuah diskusi bahwa, ” kita jangan takut dengan masa depan pemimpin kita di Nabire, Tuhan Yang Mahakuasa sudah mengatur dan menentukan masa dan saat waktunya siapa yang akan menjadi pemimpin. Yang menjadi tugas kita umat manusia adalah persiapkan diri kita yang mau jadi pemimpin dengan kemampuan bekal rohani, mentalitas, pengetahuan, kemampuan kita bekerja. Dengan semua itu bisa mempengaruhi orang lain, karena itu semua yang dapat dinilai manusia, tetapi Tuhan menilai hati seseorang. Jadi manusia bisa meneyediakan beberapa bakal calon atau kandidat bupati dan memperjuangkannya serta menduga-duga siapa yang akan menjadi bupati, tetapi yang mengambil keputusan untuk menentukan dan terpilih itu adalah urusan Tuhan. Maka bila satu orang yang terpilih itu, maju jadi pemimpin maka yang lain harus mendukung dengan jiwa besar, jangan menjatuhkan”. Ungkapnya. Lalu beberapa selang waktu kemudian Derek Tekege S.Sos juga menghimbau bahwa, ” kita harus memiliki pemimpin yang takut akan Tuhan dan penuh dengan belas kasihan yang benar-benar bekerja untuk rakyat selama ini sebagai bukti dengan pelayanan terhadap masyarakat yang optimal”. Jelasnya dengan nada serius.
Pemimpin seperti diatas dengan kuasa rakyat yang di milikinya akan berkuasa dan memegang kendali rakyat dalam kehendak dan di bawah wibawah dan otoritas takut akan Tuhan. Tanpa adanya takut akan Tuhan dalam hati maka sikap dan perilaku akan membahayakan, dimana akan terjadi berbagai manipulasi yang mengatasnamakan rakyat namun implementasinya bukan berujung pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan rakyat tetapi masuk dalam kebutuhan perutnya dan kepentingannya sendiri.
Dalam pertemuan lain Derek Tekege S.Sos menyampaikan bahwa,” supaya tidak terjadi kesimpangsiuran kepemimpinan maka ada beberapa syarat yang harus di perhatikan oleh setiap calon yang sedang mempersiapkan diri, yaitu pertama ia bisa melanjutkan beberapa program pembangunan Gerban Nun Biru yang memang bagus terbukti sukses dalam pembangunannya. Kedua, yang masih bekerja aktif dengan setia dari dulu sampai sekarang di kabupaten nabire karena ia yang tahu keadaan dan kondisi Nabire. Ketiga, yang mau meninggalkan nama baik kepada anak-anaknya, keluarganya dan generasi penerusnya juga rakyatnya. Bukan meninggalkan harta, mobil yang mewah, rumah mewah dan tanah yang banyak, itu semua akan nyengat dan karat tidak bertahan lama kerena hasil rampok dengan kuasa posisi, padahal itu miliki rakyat. Tetapi nama baik karena kebaikan yang dibuat akan diwariskan dan dikenang selamanya. Keempat, pemimpin yang mau habis-habisan bangun Nabire dan habiskan sisa hidupnya di Nabire. Kelima, memiliki wawasan luas yaitu wawasan nasionalisme Papua dan nasionalime keindonesiaan bukan kedaerahan, kesukuan yang kolot. Supaya mampu memimpin dengan kepentingan rakyat banyak bukan atas kepentingan segelincir orang yang memanfaatkan nama rakyat ” . Papar bapak tiga orang anak yang kesehariannya bekerja di kantor BAPEDA, namun sekarang lagi sedang melanjutkan studi tugas belajar untuk ambil masternya salah satu Universitas di Jakarta.
Demikian pentingnya pemimpin itu maka diharapkan kepada semua komponen masyarakat untuk menentukan pilihan yang tepat, kalau bisa sebelum memilih berdoa terlebih duhulu, supaya dengan hati yang tenang, dengan pasti dan dengan petunjuk yang Mahakuasa bisa memilihnya dengan keyakinan yang mantap. Jadi Rakyat wae…kopu kuasa mau ko kasih ke tangan siapa?. Karena kepada siapa ko kasih, dia yang akan mengendalikan ko.
ellya alexander tebay
Penulis adalah pengamat seni kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar