Selasa, 02 Agustus 2011

Peranan Yang Terhilang, Potensipun Terhilang HILANGLAH GENERASI BERBUDAYA



Bila menyimak apa yang terjadi diatas muka bumi ini, maka manusia silih berganti datang dan pergi diundang oleh cinta tetapi juga mereka adalah manusia-mnusia yang memang sudah direncanakan pencipta untuk menghuni dan menguasai bumi. Manusia yang selalu terlahir sudah dikaruniai suatu potensi masing-masing. Hal itu dapat dilihat dari berbagai macam potensi yang ada dan dimiliki manusia di atas muka bumi melalui beragam karya-karya ciptanya yang tersebar.
Pengarunian potensi manusia oleh Sang khalik harus menjadi perhatian utama. Yang baru terlahir harus menjadi perhatian bagi yang lahir terdahulu. Disinilah peran orang tua memainkan peranan dan fungsi orang tuanya sebelum maupun sesudah anak itu bersekolah. Tugas orang tua tidak semata hanya membesarkan tetapi bagaimana mendidik anak memperlihatkan potensi yang dimilikinya lalu bagaimana cara mengembangkannya. Karena pendidikan yang ada di rumah adalah pendidikan yang paling dasar dan fundamental untuk pembentukan otak maupun mental karakternya. Tetapi faktanya sangat disayangkan peranan orang tua di Papua tidak semaksimal berperan dalam mendidik anak-anak mereka untuk dipersiapkan menjadi anak yang hebat dan pintar. Hal ini diakibatkan oleh paling termiskinnya pendidikan orang tua di Papua sehingga mengalami kesulitan mendidik anak-anaknya secara maksimal.
Kurang adanya peranan, dukungan dan perhatian dari orang-orang yang berkompoten dalam mempersiapkan generasi muda yang berkompotensi ini maka kemudian dengan sendirinya tercipta proses pembiaran tanpa disengaja maupun disengaja akibat ketidaktauan dan kebodahan mengakibatkan penemuan jati diri anak terlantar ini kearah yang negatif. Karena terbiarkan dan terabaikannya maka matilah potensi mereka karena pergaulan mereka yang diisi dengan kenakalan, obat-obatan terlarang dan minuman-minuman keras yang ada di Papua, yang merajarela baik karena sistem yamg mengatur, kelompok, maupun karena tidak adanya pembentukan oleh pendidikan yang memadai di rumah.
Begitupun juga kurangnya pendidik-pendidik yang sesuai bidangnya masing-masing disekolah-sekolah yang ada di Papua membuat anak-anak tidak menemukan diri mereka disana. Yang ada hanya pendidikan yang bersifat copy paste, bukan pendidikan yang dikembangkan berdasarkan dan dilatarbelakangi kapabilitas atau suatu kecakapan yang dimiliki seseorang yang harus dididik. Disinilah peran Dinas Pendidikan memainkan perannya untuk melihat dan menempatkan guru-guru yang tepat pada tempat yang tepat. Dan mencari tenaga guru-guru dan menyekolahkan guru-guru yang bidangnya belum ada. Dengan demikian maka materi yang tepat akan tersalur dan tersampaikan pada orang atau siswa didik yang tepat sehingga terangkullah potensi yang dimilikinya, bila peranan ini dijalankan maka tidak akan terjadi lost potention yang akhirnya bermuara pada lost people dan lost culture seperti yang sedang terjadi di Papua.
Bagaimana dinas mempersiapkan guru seni budaya, padahal Papua yang kental dengan seni dan budayaanya, namun tidak ada materi seni budaya yang dapat diajarkan disekolah-sekolah. Di setiap sekolah tidak ada guru-guru yang berkompoten untuk mengajarkan seni budaya sehingga mengalami kekosongan guru-guru tersebut, padahal dalam kurikulum KTSP 2006 mengatur bahwa guru Seni Budaya harus ada mata pelajaran seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Berarti disetiap sekolah guru pengajar seni itu seharusnya ada empat orang guru yang mengajar dengan bidangnya masing-masing.
Melihat fakta di lapangan tidak ada satu orang guru seni budaya di Nabire bahkan di Papua maupun Indonesia secara menyeluruh agak sulit ditemukannya. Setiap program yang selalu dikeluarkan pemerintah terlihat bahwa itu hanya formalitas tanpa mempersiapkan tenaga-tenaganya yang akan bekerja di lapangan. Padahal devisa yang dihasilkan negara melalui seni budaya dan pariwisata adalah urutan kedua setelah Minyak.
Perhatian terhadap seni budaya yang memberi sumbangsi besar bagi bangsa menjadi terabaikan dan terluput dari perhatian. Hanya dijadikan sapi perahan yang hasilnya di ambil atau lebih tepat lagi habis manis sepak dibuang tanpa perhatian khusus. Inilah mental bangsa kita yang mengabaikan hasil seni budaya dan produk-produk dalam negri yang lebih bersifat konsumtif.
Sistem Rekrutmen CPNS
Yang harus menjadi topik pertanyaan adalah apakah perekrutan CPNS formasi 2008 ini, sesuai dengan kebutuhan atau asal nutupi hutan formasi 2008 agar secara formalitas sudah pernah dilakukan. Dan apakah ada kerjasama antara dinas-dinas terkait lainnya untuk memintah keterangan akan kebutuhan data pegawai yang harus dibutuhkan dilapangan sehingga data itu bisa diformasikan dalam pengangkatan ini. Dari apa yang sudah diformasikan pada formasi 2008 yang sedang diadakan 2009 ini, jelas terlihat bahwa tidak ada koordinasi antara dinas BKD dengan dinas lain yang membutuhkan tenaga kerja.
Formasi tidak berdasarkan kebutuhan lapangan karena kebutuhan daerah lebih dari yang diformasikan. Dapat disimak bahwa di lapangan banyak sekolah yang haus akan hadirnya guru-guru bidang studi seni budaya, komputer, olahraga, matematika, fisika, kimiah dan masih banyak lagi kebutuhan pegawai di kantor-kantor yang lainnya. Karena yang mengisi bidang-bidang tersebut diatas adalah guru yang bukan di bidang studi tersebut. Cobalah sebelum perekrutan dan memformasikan ada bentuk sosialisasi dengan dinas-dinas lalu dari dinas disampaika kepada kepala-kepala sekolah dan kantor dibawahnya sehingga perekrutan ini bisa mengisi tempat dan posisi yang masih kosong tersebut.
Kekosongan sesuai bidang-bidang di atas terjadi bukan karena memang tidak adanya orang-orang tersebut tetapi sistem perekrutan yang tidak pernah sesuai dengan sistem dan aturan. Karena anak-anak muda asli Papua lulusan dari luar pulau maupun lulusan Papua sendiri yang sedang jobless atau menganggur sangat banyak. Mereka diterlantarkan oleh sistem perekrutan yang tidak benar dan tidak pernah berpihak pada orang asli Papua. Orang Papua hanyalah sampah berharga yang terlantar dan terabaikan yang sedang mati perlahan-lahan secara bertumpuk-tumpuk di negrinya selain kekayaan mereka yang sedang dirampas. Selain itu perekrutan yang tidak memihak pada orang papua dengan memberikan prioritas dari sekian presentase yang direkrut menjadi CPNS.
Maka kami berharap semoga tidak ada permainan kotor yang merugikan banyak pihak demi kepentingan sesaat dan kepentingan segelincir orang yang membuat matinya orang-orang berpotensi. Berikan kesempatan bagi orangyang berkapabilitas untuk merealisasikan potensinya di lapangan sesuai bidang mereka. Harapan banyak orang akan keadilan, mendapatkan kesempatan yang sama, perlakuan yang adil bisa terwujud pada formasi 2008 ini. Salam.
ellya alexander tebay
Penulis adalah pemerhati dinamika kehidupan seni, sosial budaya dan pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar